BAB I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara maritim mempunyai potensi hasil perikanan laut
yang besar. Perhatian pemerintah dalam sektor perikanan laut semakin besar
dengan dibentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan. Hal ini dilakukan dalam
rangka pemanfaatan dan pemeliharaan potensi perikanan laut semaksimal mungkin
sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat indonesia dan mempertinggi
pemasukan devisa negara.
Ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan karang yang menjadi komoditas
ekspor dan belum dimanfaatkan secara penuh. Indonesia adalah produsen utama
kerapu dimana tiap tahunnya mengalami peningkatan permintaan. Dengan naiknya
permintaan, maka meningkat pula aktivitas penangkapan di alam sehingga lambat
laun ketersediaan ikan tersebut di alam menjadi habis. Berkembangnya pasar ikan
kerapu dunia karena adanya perubahan selera konsumen dari ikan mati dan beku ke
ikan yang masih hidup, mendorong masyarakat untuk memenuhi permintaan ikan
kerapu melalui usaha budidaya.
Ikan kerapu memiliki banyak jenis antara lain Kerapu Tikus, Kerapu Macan,
Kerapu Kertang, Kerapu Lumpur. Perekayasaan hibridisasi ikan kerapu antara ikan
kerapu macan betina dan kerapu kertang jantan telah menghasilkan satu varietas
baru, bernama ikan kerapu cantang yang secara morfologis mirip dengan
kedua spesies induknya, sedangkan pertumbuhannya lebih baik daripada ikan
kerapu macan dan kerapu kertang itu sendiri. Selain itu, kerapu cantang
memiliki keunggulan lain yaitu memiliki ketahanan terhadap penyakit lebih baik
dan lebih toleransi terhadap lingkungan kurang layak dan ruang yang sempit.
Salah satu pengetahuan praktis yang perlu diolah dalam bidang keahlian
adalah budidaya . Kegiatan budidaya merupakan suatu usaha untuk
mengembangbiakan suatu spesies dengan metode tertentu. Kegiatan budidaya
dilakukan karena spesies yang dibudidayakan bernilai ekonomis tinggi atau
terancam kepunahan.
Sistem pembesaran yang biasa diterapkan untuk pembesaran kerapu adalah
dengan sistem keramba jaring apung (kja). Usaha pembesaran kerapu cantang yang
dilakukan didalam keramba jaring apung (kja) relatif mudah karena
teknologi yang digunakan telah banyak dikuasai oleh para pembudidaya, walaupun
demikian tetap dibutuhkan tenaga ahli yang memiliki kualitas baik dan profesional,
agar dalam usaha dan pengembangannya dapat berjalan dengan baik. Keramba jaring
apung dipilih pembudidaya karena memiliki banyak keunggulan dabandingkan dengan
wadah budidaya lain. Adapun keunggulan seperti semakin meningkatnya produksi, pertumbuhan
ikan yang lebih cepat, dan kondisi perairan selalu bersih dari sisa pakan dan
feses ikan karena akan terbawa oleh arus air laut.
Metode KJA merupakan metode akuakultur yang paling produktif. Beberapa
keuntungan yang dimiliki metode KJA yaitu tingginya padat penebaran, jumlah dan
mutu air yang selalu memadai, tidak diperlukannya pengelolaan tanah, mudahnya
pengendalian gangguan pemangsa, dan mudahnya pemanenan. Agar budidaya ikan di
KJA berhasil maka pemasangan KJA tidak dilakukan disembarang tempat, harus dipilih
lokasi yang memenuhi aspek teknis dan sosial ekonomis(Sunyoto.1994).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktek kerja lapangan,
yaitu :
1. Untuk
mengetahui teknik pembesaran ikan kerapu cantang dalam keramba jaring apung
yang benar dan baik.
2. Untuk
mengetahui dan memahami permasalahan atau kendala yang terjadi dalam pembesaran
ikan kerapu cantang di Keramba Jaring Apung (KJA).
3. Untuk
membandingkan teknik pembesaran ikan kerapu yang diperoleh selama kuliah dengan
dilapangan.
1.3 Manfaat
1. Meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan dan menambah wawasan tentang teknik pembesaran ikan
kerapu cantang di KJA.
2. Membandingkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang didapat selama perkuliahan dengan ilmu
pengetahuan dan tekologi yang diterapkan di lapangan dan menelaah adanya persamaan
dan perbedaan yang ada.
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biologi Ikan
Kerapu Cantang
Ikan kerapu
cantang (epinephelus sp) merupakan
benih hibrid hasil perekayasaan perkawinan silang antara ikan kerapu macan (epinephelus fuscoguttatus) sebagai induk
betina dengan kerapu kertang (epinephelus
lanceolatus) sebagai induk jantan.
2.1.1 Klasifikasi Kerapu Cantang
Menurut Rizkya
(2012), klasifikasi ikan kerapu cantang adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Chondrichthyes
Subkelas : Ellasmobranchii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Serranidae
Genus : Epinephelus
Spesies : Epinephelus sp
Gambar 1. Ikan Kerapu Cantang
(Sumber : BPBAP Situbondo, 2012)
Perekayasaan hibridisasi ikan kerapu
antara ikan kerapu macan betina dan kerapu kertang jantan telah menghasilkan
satu varietas baru yang secara morfologis mirip dengan kedua spesies
induknya, sedangkan partumbuhannya lebih baik daripada ikan kerapu macan dan
kerapu kertang itu sendiri.
2.1.2 Morfologi dan Anatomi
Terdapat perbandingan morfologi dan
anatomi pada ikan kerapu macan, hibrida dan kertang. Masing-masing perbandingan
tersebut dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 1. Perbandingan morfologi dan anatomi kerapu
macan, hibrida dan kertang
No
|
Kerapu Macan
|
Kerapu Hibrida
|
Kerapu Kertang
|
1.
|
Bentuk tubuh compres sedikit
membulat
|
Bentuk tubuh compres dan relative
membulat dengan ukuran lebar kepala sedikit atau hampir sama dengan lebar
badannya
|
Bentuk tubuh compres dan sedikit membulat
|
2.
|
Warna kulit kecoklatan dengan 5
garis melintang dibagian tubuhnya
|
Warna kulit coklat kehitaman
dengan 5 garis hitam melintang di bagian tubuhnya
|
Warna tubuh abu-abu kehitaman
dengan 4 garis melintang yang kurang begitu jelas (samar-samar)
|
3.
|
Semua sirip (pectoral, anal,
ventral, dorsal dan caudal ) dengan dasar berwarna coklat dilengkapi dengan
bintik-bintik hitam
|
Semua sirip (pectoral, anal,
ventral, dorsal dan caudal ) bercorak seperti kertang dengan dasar berwarna
kuning dilengkapi dengan bintik-bintik hitam
|
Semua sirip (pectoral, anal,
ventral, dorsal dan caudal ) dengan dasar berwarna kuning dilengkapi dengan
bintik-bintik hitam
|
4.
|
Bintik hitam melebar dihampir
semua bagian tubuh.
|
Bintik hitam juga banyak tersebar
di kepala dan didekat sirip pectoral dengan jumlah yang berlainan pada setiap
individu
|
Bintik hitam juga banyak tersebar
di kepala dan didekat sirip pectoral dengan jumlah yang berlainan pada setiap
individu
|
5.
|
Sirip punggung semakin melebar
kearah belakang
|
Sirip punggung semakin melebar
kearah belakang
|
Sirip punggung semakin melebar
kearah belakang
|
6.
|
Sirip punggung menyatu yang
terdiri atas 11 jari-jari keras dan 14 jari-jari lunak, sirip pectoral
terdiri atas 16 jari-jari lunak, sirip ventral terdiri dari 1 jari-jari keras
dan 5 jari-jari lunak, sirip anal terdiri dari 2 jari-jari keras dan 9
jari-jari lunak, sedangkan sirip caudal terdiri atas 18 jari-jari lunak.
|
Sirip punggung menyatu yang
terdiri atas 11 jari-jari keras dan 15 jari-jari lunak, sirip pectoral
terdiri atas 17 jari-jari lunak, sirip ventral terdiri dari 1 jari-jari keras
dan 5 jari-jari lunak, sirip anal terdiri dari 2 jari-jari keras dan 8
jari-jari lunak, sedangkan sirip caudal terdiri atas 13 jari-jari lunak.
|
Sirip punggung menyatu yang
terdiri atas 11 jari-jari keras dan 15 jari-jari lunak, sirip pectoral
terdiri atas 17 jari-jari lunak, sirip ventral terdiri dari 1 jari-jari keras
dan 5 jari-jari lunak, sirip anal terdiri dari 2 jari-jari keras dan 8
jari-jari lunak, sedangkan sirip caudal terdiri atas 13 jari-jari lunak.
|
7.
|
Bentuk ekor rounded
|
Bentuk ekor rounded
|
Bentuk ekor rounded
|
8.
|
Bentuk mulut lebar, superior
(bibir bawah lebih panjang dari bibir atas)
|
Bentuk mulut lebar, superior
(bibir bawah lebih panjang dari bibir atas)
|
Bentuk mulut lebar, superior
(bibir bawah lebih panjang dari bibir atas)
|
9.
|
Tipe sisik stenoid (bergerigi)
|
Tipe sisik stenoid (bergerigi)
|
Tipe sisik stenoid (bergerigi)
|
10.
|
Bentuk gigi runcing (canine)
|
Bentuk gigi runcing (canine)
|
Bentuk gigi runcing (canine)
|
11.
|
Panjang ikan 25 cm
|
Panjang ikan 48 cm,
|
Panjang ikan 32 cm,
|
2.1.3 Habitat dan Tingkah Laku
Ikan kerapu macan hidup di kawasan
terumbu karang yang terdapat di perairan-perairan dangkal hingga 100 m dibawah
permukaan air laut. Selain perairan yang berkarang, tempat tenggelamnya kapal
menjadi rumpon yang nyaman bagi ikan kerapu. Ikan tersebut akan berdiam dalam
lubang-lubang karang atau rumpon dengan aktifitas yang relatif rendah.
Daerah penyebaran kerapu macan
meliputi Afrika Timur sampai dengan pasifik barat daya. Di Indonesia kerapu
macan banyak ditemukan di perairan pulau Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan Ambon.
Salah satu indikator adanya kerapu ini adalah wilayah karang yang bentangannya
cukup luas.
Indonesia memiliki perairan karang
yang cukup luas, sehingga potensi sumber daya dan pengembangan kerapu macan
sangat besar. Ikan kerapu ini hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman
0,5 – 3 m, setelah menginjak dewasa (burayak) berpindah ke perairan yang
lebih dalam yakni kedalaman 7 – 40 m, biasanya perpindahan ini
terjadi pada siang dan sore hari.
2.1.4 Siklus Hidup Kerapu Cantang
Siklus hidup kerapu cantang hampir sama seperti jenis ikan kerapu lainnya,
yakni bersifat protogini dimana pada tahap perkembangan mencapai dewasa dari
yang mulanya berkelamin betina akan berubah menjadi jantan. Fenomena perubahan
jenis kelamin ini sangat erat hubungannya dengan aktivitas pemijahan, umur dan
indeks kelamin. Perubahan ini berlangsung setelah ikan betina berukuran di atas
3 kg sedangkan pada ikan jantan berukuran di atas 5 kg (Ramadhani, 2010).
2.1.5 Kebiasaan Makan
Ikan kerapu termasuk ikan karnivora
yang buas dan rakus, hidup menyendiri atau kelompok-kelompok kecil pada
perairan terumbu karang dan beberapa di daerah estuaria serta menyukai naungan
sebagai tempat bersembunyi. Pada stadia larva sampai juvenil, makanannya adalah
zooplankton dari jenis Rotifer, Acaria, naupli Artemia, Copepode dan jenis
lainnya, sedangkan dari stadia juvenil sampai fingerling adalah udang
jambret, udang rebon, ikan-ikan kecil dan jenis Crustacea lainnya.
Selanjutnya ikan-ikan muda dan dewasa, jenis makanan yang disukai adalah ikan,
udang dan cumi-cumi yang berukuran 10-25% ukuran tubuhnya. Ikan kerapu mencari
makan dengan jalan menyergap mangsanya dari tempat persembunyian dan setelah
itu kembali lagi
Ikan kerapu mempunyai kebiasaan
makan pada pagi hari sebelum matahari terbit dan menjelang matahari terbenam.
Di alam kerapu mencari makan sambil berenang diantara batu-batu karang, lubang
atau celah-celah batu yang merupakan tempat persembunyiannya. Kerapu tidak
pernah mau mengambil atau mengkonsumsi pakan yang diberikan apabila sudah
sampai ke dasar, meskipun kerapu dalam keadaan lapar. Biasanya kerapu berdiam
di dasar dan tidak akan menyergap pakan yang diberikan jika mereka sudah
kenyang
2.1.6 Hama Dan Penyakit
a)
Hama
Menurut Kurniastuty dan Julinasari
Dewi (1999) hama yang paling potensial mengganggu usaha budidaya di keramba
jaring tancap sebagai berikut :
-
Tumbuhan air
Lumut dapat mengganggu sirkulasi air
di keramba jaring apung, sehingga akan menghalangi arus air yang masuk yang
berakibat berkurangnya suplai oksigen. Penanggulangan yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan pembersihan secara berkala dengan menggunakan alat
berupa mesin semprot (compressor).
-
Ikan liar
Ikan liar sebagai kompetisi ikan
kerapu dalam mendapatkan makanan di dalam keramba. Semakin banyak ikan liar di
sekitar keramba maka ikan budidaya sulit dalam mendapatkan makanan.
b)
Penyakit
-
Parasit
Menurut Puja dkk, (2001) parasit yang menyerang ikan kerapu antara lain : Monogenia (termasuk golongan Playtheminthes) yang menyerang kulit, Diplectanum
sp (sejenis cacing pipih golongan Trematoda)
menyerang insang, Isopoda (golongan Crustacea) yang menyerang pangkal lidah
dan insang, Cryptocaryon irritans dan Trichodina sp (golongan Protozoa)
yang menyerang kulit, insang dan sirip.
-
Bakteri
Ikan yang terserang bakteri
menunjukkan gejala antara lain nafsu makan berkurang, terjadi kelesuan,
pembusukan pada sirip, mata menonjol dan terjadi pengumpulan cairan pada perut.
Bakteri yang biasa menyerang ikan kerapu cantang antara lain : Vibrio sp, Pateurellia sp dan Pseudomonas
sp. Kematian yang timbul dari serangan bakteri biasanya tidak terjadi
secara massal dan berlangsung secara bertahap dan terus-menerus.
2.2 Teknik
Pembesaran Kerapu Cantang di KJA
2.2.1
Penyediaan Benih
Benih kerapu di
alam susah didapat (Akbar, 2002), akan tetapi benih kerapu yang diproduksi dari
hatchery dapat memenuhi kebutuhan untuk budidaya ikan di Indonesia. Sepanjang
induk kerapu dapat bertelur setiap bulan maka benih ikan kerapu akan tersedia
sepanjang tahun.
2.2.2 Penebaran
Benih
Kondisi benih
yang lemah selama transportasi akan mudah terserang penyakit. Selama transportasi,
benih mendapatkan banyak stress akibat perlakuan yang tidak sesuai. Penanganan
benih dapat dilakukan dengan cara aklimatisasi/penyesuaian suhu dan waktu
penebaran harus disesuaikan dengan lingkungan perairan (Sutarmat dkk., 2004).
Sebelum
ditebar, biasanya benih di grading sesuai dengan umur, berat, besar dan jenis
ikan yang sama. Peebaran benih sebaiknya dilakukan pad pagi hari, karena pada
sore hari ikan bisa mulai makan dan juga mempunyai waktu yang cukup untuk
beradaptasi pada tempat yang baru sebelum malam (Sutarmat dkk., 2004).
2.2.3 Pemberian
Pakan
Pakan ikan
kerapu bisa menggunakan pelet dan pakan rucah. Ikan rucah digunakan sebagai
pakan agar tidak kesulitan dalam mendapatkan pakan secara
kontinyu(terus-menerus). Kualitas ikan rucah yang jelek ditandai dengan ikan
yang membusuk, bau yang tidak sedap dan ikan yang telah teroksidasi sebaiknya
tidak digunakan sebagai pakan (Sutarmat dkk., 2003).
Kualitas ikan
rucah yang jelek menyebabkan masalah kurangnya nutrisi ikan rucah. Hal penting
yang harus dilakukan adalah memilih ikan rucah yang memiliki nutrisi cukup bagi
ikan, seperti lemuru dan teri yang mempunyai enzim theaminase yang dapat merusak theamine
(Vit. B1). Jika pemberian pakan secara terus menerus hanya memakai jenis ikan
tersebut maka kerapu akan menderita kekurangan Vit. B1.
2.2.4
Pengelolaan Kualitas Air dan Jaring
Kualitas air
baik secara langsung maupun tidak langsung mempunyai peranan yang sangat
penting dalam menentukan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yang
dibudidayakan (Rizal, 2010 dalam Septian, 2013). Di dalam air laut jaring cepat
tersumbat dengan lumpur dan penempelan organisme lain seperti alga dan
kepiting. Jaring harus sering diganti dan dicuci untuk menjaga agar sirkulasi
air berjalan lancar. Ini adalah salah satu cara pengeloalan untuk menjaga
kesehatan ikan khususnya mencegah penyakit yang disebabkan parasit.
Jarak waktu
penggatian jaring tergantung dari kondisi perairan tempat pemeliharaan. Pada
jaring dengan mata yang kecil lebih cepat terjadi penyumbatan (Budidarma,
2011). Pencucian jaring dilakukan saat jarig sudah terlihat kotor, pada waktu
yang sama dilakukan monitoring pertumbuhan ikan dengan cara menimbang berat
badan ikan (Zulkifli, 1999)
BAB
III.
METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini
dilaksanakan di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo, tepatnya
di Desa Pecaron, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Kegiatan
PKL ini dilakukan mulai dari tanggal 3 Juli sampai 3 Agustus 2015.
3.2 Metode Praktek
Metode yang digunakan
dalam praktek kerja lapang adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah
suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu
kondisi dan suatu sistem pemikiran. Metode ini bertujuan untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta yang diselidiki (Nazir, 2011).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang diambil dalam
praktek kerja lapang ini yaitu berupa data primer dan data sekunder yang
diperoleh melalui beberapa metode pengambilan.
3.3.1 Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang
diperoleh langsung dari sumber asli tanpa melalui perantara. Data primer dapat
berupa opini subyek (orang) secara individu maupun kelompok.
Data primer dapat diperoleh
dengan dua metode yaitu :
a)
Metode Observasi
Pengamatan
(observasi) adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi
sebagaimana merek saksikan selama penelitian.
b)
Metode Survei
Metode survei
merupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan dan
tertulis. Hasil dari metode ini berupa data subyek yang menyatakan opini,
sikap, pengalaman atau karakteristik subyek penelitian secara individu atau
kelompok. Data yang diperoleh dari metode survey sebagian besar berupa data
deskriptif yang dapat dirancang untuk menjelaskan sebab akibat atau
mengungkapkan ide-ide (Sangadji dan Sopiah, 2010).
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah
data yang diperoleh dari sumber tidak langsung. Data sekunder merupakan data
primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pengumpul data primer.
Data sekunder ini diperoleh dari laporan-laporan, data dokumentasi dan pustaka
yang menunjang (Sangadji dan Sopiah, 2010).
BAB IV.
HASIL KEGIATAN
4.1 Pemilihan Lokasi Budidaya
Pemilihan lokasi budidaya harus mempertimbangkan beberapa
persyaratan yaitu:
A. Persyaratan umum yang meliputi:
ü
Terlindung dari angin & gelombang yang kuat
ü
Kedalaman Perairan
ü
Dasar Perairan
ü
Bebas dari bahan cemaran
ü
Tidak mengganggu alur pelayaran
ü
Dekat dengan sumber benih & pakan
ü
Lokasi harus sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
ü
Tersedia sarana & prasarana transportasi
ü
Keamanan terjamin
B. Persyaratan teknis (fisik perairan) yang meliputi:
ü
Kecepatan arus & elevasi pasang surut
ü
Suhu Air
ü
Kecerahan
ü
Kekeruhan
C. Persyaratan teknis (kimia perairan) yang meliputi:
ü
pH perairan
ü
Salinitas
ü
Oksigen terlarut
ü
Senyawa nitrogen
ü
Posfat
ü
Logam berat
4.2 Sarana dan Prasarana
Pembesaran Ikan Kerapu Cantang
4.2.1 Sarana
Rakit berbentuk bujur sangkar dengan
ukuran 3x3 m. Bahan dasar rakit adalah pipa galvanis dengan ukuran panjang
masing-masing 8 meter. Hal ini sesuai dengan pendapat Akbar dkk, (2001), bahwa
rakit dapat terbuat dari bambu,kayu dan pipa galvanis.
Rakit yang terbuat dari pipa glavanis yang
tidak memerlukan penambahan pelampung dikarenakan pipa tersebut jika dimasukan
kedalam air dapat terapung dengan sendirinya sehingga tidak diperlukan
pelampung yang biasa digunakan dalam budidaya KJA yaitu diantara adalah : drum
minyak tanah atau oli,drum plastic dan Styrofoam. Diatas rakit dibuat rumah
jaga yang biasa digunakan untuk berteduh dan tempat penyimpanan peralatan yang
digunakan selama pemeliharan. Selain itu juga rumah jaga dimanfaatkan sebagai
tempat istrirahat para karyawan dan pemotongan pakan rucah.
a)
Jaring
Bahan yang digunakan untuk pembuatan jaring adalah tali yang terbuat dari polyetheline
(PE) yang dianyam sedemikian rupa, kemudian dibentuk menjadi jaring berbentuk
bujur sangkar. Pemasangan jaring pada KJA diawali dengan mengikat keempat sisi
bagian atas jaring pada tiap sudut atas rakit, usahakan agar tali yang diikat
benar-benar kencang. Pada sisi bagian bawah jaring diberi pemberat dengan
tujuan agar jaring tetap membentuk persegi. Jaring yang di gunakan berukuran
3x3x3 m.Ukuran jaring disesuaikan dengan ukuran ikan serta tingkat sirkulasi
air dalam keramba,semakin besar ukuran ikan maka semakin besar juga ukuran
jaring yang digunakan, dengan ukuran yang sesuai maka diharapkan ikan yang
dibudidaya tidak lolos dari keramba dan ketersediaan oksigen serta sirkulasi
air tetap baik.
Gambar 2. Jaring
b)
Jangkar dan pemberat jaring
Rakit apung yang digunakan diberi pemberat berupa jangkar agar tidak
terbawa oleh arus air. Jangkar yang digunakan terbuat dari besi dan masing –
masing jangkar diikatkan dengan menggunakan tali polyetheline dengan ukuran
diameter 300 mm dan panjang 30 m. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Sunaryat dkk,(2001) yang mengatakan diameter tali jangkar yang digunakan
berdiameter 0,03-0,05 m dan panjangnya 3 – 4 kali dari kedalaman perairan. Untuk
mempertahankan bentuk jaring, maka disetiap sudut jaring diikat pemberat yang
terbuat dari coran semen dengan berat 3-5 kg.
Gambar 3. Jangkar Gambar
4. Pemberat
4.2.2 Prasarana
Sarana penunjang lainnya yang dbutuhkan
dalam pembesaran ikan kerapu cantang di KJA untuk memudahkan pengoperasian
selama pemeliharaan antara lain adalah
1.
Perahu
Perahu yang digunakan terbuat dari bahan fiber. Perahu digunakan sebagai
alat transportasi dalam rangka perbaikan rakit, pengukuran kualitas air, membawa
hasil panen dan kegiatan-kegiatan lainnya yang menunjang kegiatan pembesaran
kerapu cantang di KJA.
Gambar 5. Perahu
2.
Mesin penyemprot jaring
Mesin penyemprot yang digunakan adalah kompresor. Alat ini digunakan pada
saat dilakukan pembersihan terhadap jaring yang digunakan dalam pembesaran
dengan tujuan membersihkan jaring dari penempelan organisme atau lumut yang
dapat mengganggu jalanya sirkulasi air.Mesin ini sangat efektif dalam
mempercepat pembersihan jaring sehingga jaring yang kotor dapat langsung
diganti.
Gambar 6. Mesin
Penyemprot
3.
Freezer
Freezer berfungsi untuk menyimpan bahan-bahan kimia,baik berupa vitamin, multivitamin
dan obat-obatan, serta tempat penyimpanan pakan berupa ikan rucah.
4.3 Teknik Pembesaran Ikan Kerapu Cantang Di Keramba Jaring Apung
4.3.1 Pengadaan Benih Ikan
Kerapu Cantang
Dalam
pengadaan benih ikan kerapu cantang untuk pembesaran di keramba jaring apung
tidak sulit untuk didapat. Karena BPBAP Situbondo sudah bisa menghasilkan benih
kerapu cantang sendiri dari hasil hibrid. Benih kerapu cantang di BPBAP
Situbondo disediakan dari tempat penggelondongan ikan. Benih dapat disediakan
tergantung dari kesiapan sarana dan prasarana di Keramba Jaring Apung (KJA).
Jumlah benih yang disediakan juga tergantung pada jaring yang sudah disiapkan
di hari sebelum penebaran.
4.3.2 Penebaran dan Padat
Penebaran Benih Kerapu Cantang
Benih yang ditebar
merupakan benih yang berasal dari hasil pemeliharaan digelondongan. Benih yang
dipanen dari penggelondongan di packing dalam kantong plastik, ditambah dengan
oksigen dan ditransportasikan menggunakan perahu motor. Selama transportasi
benih harus diperlakukan secara hati-hati agar benih tidak stress karena benih
yang stress akan mudah terserang penyakit. Menurut Sutarmat (2004), penanganan
benih baru yaitu dengan cara aklimatisasi/penyesuaian suhu waktu penebaran
harus disesuaikan dengan lingkungan
Benih yang ditebar di
keramba jaring apung adalah benih yang berumur sekitar 1,5 sampai 2 bulan masa
pemeliharaan atau sudah mencapai berat 10 ons. Benih ditebar secara perlahan
agar benih dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Benih yang ditebar
harus selalu dikontrol mulai dari makanan sampai kualitas airnya.
Padat penebaran benih
ikan kerapu di KJA sekitar 500-700 ekor. Kepadatan tinggi tidak disarankan
karena ikan mudah terserang penyakit. Kepadatan tinggi juga dapat menyebabkan
stress pada ikan dan mutu air mudah menurun, terutama oksigen terlarut,
sehingga ikan lemah dan mudah terserang penyakit.
Gambar 7. Penebaran Benih
4.3.3 Pemberian Pakan
Dalam pemeliharaan
ikan kerapu cantang yang paling utama untuk menunjang hasil produksi adalah
manajemen pemberian pakan. Pakan yang diberikan yaitu pellet dan pakan rucah
segar. Pellet diberikan pada saat benih ikan kerapu yang didatangkan dari
gelondongan ditebar dalam jaring. Setelah 3 atau 4 hari, benih ikan kerapu
diberi pakan rucah segar yang sudah dipotong kecil-kecil. Untuk mencegah
kekurangan nutrisi dan kematian secara mendadak
maka pakan rucah dicampur dengan vitamin E. Pakan rucah didapat dari
orang penjual ikan yang sudah menjadi langganan di pasar ikan dengan harga Rp
4500,00 /kg.
Pemberian pakan pada
ikan kerapu cantang diberikan sekali dalam sehari. Waktu pemberian pakan rucah
biasanya pada jam 9 pagi karena pada jam tersebut nafsu makan ikan kerapu
cantang sangat tinggi. Pakan diberikan secara terus-menerus sampai ikan
tersebut sudah kenyang. Jangan memberi pakan secara berlebihan karena itu akan
mengundang hama dari luar jaring seperti ikan buntal mudah merusak jaring. Ini
disebabkan karena pakan yang tidak dimakan oleh ikan kerapu akan mengendap ke
dasar jaring dan akan menjadi makanan bagi ikan buntal.
Gambar
8. Pakan Rucah Gambar
9. Pemberian Pakan
Gambar 10. Pencampuran Vit. E
4.3.4 Grading
Sortir atau grading
ikan kerapu cantang dilakukan sebulan sekali pada saat itu juga jaring diganti,
kemudian lakukan perendaman pada ikan dengan menggunakan air tawar. Gunakan
serok yang lembut pada saat grading agar ikan tidak mudah luka. Grading dilakukan
pada saat suhu perairan rendah biasanya grading dilakukan pada saat pagi atau
sore hari.
Gambar 11. Grading (Sortir)
4.3.5 Pergantian Jaring
Pergantian jaring
dilakukan minimal 2 minggu sekali atau disesuaikan dengan kondisi perairan
setempat. Pergantian jaring dilakukan untuk menjaga sirkulasi air dan menjaga
resiko terkena penyakit. Sebelum penggantian jaring, ikan dipuasakan terlebih dahulu hal ini bertujuan agar ikan tidak
mengalami stress. Jaring yang kotor
sebaiknya dijemur untuk memudahkan dalam penyemprotan jaring agar bisa
digunakan kembali. Adapun cara pergantian jaring adalah sebagai berikut:
a.
Merangkai jaring yang
baru pada keramba dengan cara mengikat ikatan pada ujung-ujung atas jaring ke
keramba. Melakukan pengecekan pada jaring yang akan digunakan dengan cara
menarik satu persatu ruas jaring hingga semua ruas jaring di cek. Dan diberi
pemberat pada bagian ujung bawah jaring yang baru untuk menjaga bentuk jaring
agar terbuka sempurna.
b.
Dilepaskan empat pemberat jaring pada bagian bawah jaring yang lama
dengan satu persatu menaikkan ke permukaan air. Lalu melepas sebagian tali
pengikat jaring pada keramba untuk mempermudah proses penggulungan dan
pengambilan ikan.
c.
Lalu rendam
ikan menggunakan air tawar agar memastikan ikan bebas dari
parasit. Dan dilakukan penghitungan pada ikan yang telah dipindahkan pada
jaring baru setelah direndam pada air tawar.
d.
Setelah perendaman selesai baru ikan kembali ditebar pada jaring
baru yang telah disiapkan.
Pada jaring yang kotor dilakukan penjemuran hingga 2 hari
untuk memudahkan pembersihan pada jaring dengan cara penyemprotan. Jaring disemprot dengan air
laut sampai lumut-lumut dan organisme yang menempel pada jaring hilang,
kemudian jaring dijemur sampai kering, kemudian jaring bisa digunakan kembali. Setelah itu ikan diberi pakan pellet atau ikan rucah yang
telah disediakan.
Gambar
12. Pemasangan Jaring Baru
4.3.6 Perawatan KJA
Perawatan
KJA adalah dengan cara
melakukan pergantian, penjemuran,
perendaman, pencucian dan pengeringan jaring.
Pengeringan jaring ini bermaksud untuk menghilangkan
tiram yang menempel pada KJA yang dapat
menyebabkan lubang pada KJA dan membunuh
bakteri penyebab penyakit. Selain dengan cara
pengeringan jaring, pembersihkan tritip
(Tiram) dapat dilakukan dengan cara
penyemprotan jaring menggunakan mesin penyemprot jaring. Sedangkan pada Jaring
yang sudah berlubang dilakukan perbaikan dengan cara menjahit Jaring dengan tali polietilen. Jaring yang sudah dibersihkan kemudian dikumpulkan dan
disimpan pada tempatnya.
Gambar 13. Penjemuran Jaring Gambar 14. Perendaman Jaring
Gambar
15. Penyemprotan Jaring Gambar 16.
Pengumpulan Jaring
4.3.7 Penanganan Hama dan Penyakit
Jenis hama yang
potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu
cantang dalam Keramba Jaring Apung (KJA) adalah ikan buntal.
Penanggulangan yang
dapat dilakukan adalah dengan cara memasang perangkap (bubu), pembersihan
jaring, pergantian jaring & menutup jaring pemeliharaan ikan kerapu cantang
agar terhindar dari burung pemangsa.
Adapun jenis
penyakit yang sering menyerang adalah:
a. Penyakit
akibat serangan virus (VNN)
b. Penyakit
akibat jamur (fungi)
c. Penyakit
akibat serangan bakteri
Cara yang biasa dilakukan pekerja BPBAP
Situbondo untuk menanggulangi masalah penyakit di atas yaitu dengan cara
merendam ikan kerapu cantang dalam air tawar selama 10 sampe 15 menit. Setelah
itu, ikan kerapu cantang dipindahkan ke jaring yang baru dipasang.
4.3.8 Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air dilakukan untuk
menjaga kualitas air dan lingkungan yang baik untuk kehidupan dan pertumbuhan
ikan kerapu cantang. Baik secara langsung maupun tidak langsung,
kualitas air mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukkan
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan (Rizal, 2010).
Sebelumnya dalam pemilihan lokasi sudah dilakukan pengecekan parameter kualitas
air, namun kualitas air dapat berubah sewaktu-waktu. Parameter kualitas air
yang diamati pada pembesaran ikan kerapu cantang di keramba jaring apung yaitu
: derajat keasaman (pH), suhu dan salinitas.
4.3.9 Pemanenan
Kegiatan panen
merupakan kegiatan akhir dari budidaya dalam rangka menyebarluaskan hasil
produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Ikan kerapu dapat dipanen setelah mencapai ukuran 500
gram/ekor atau lebih tergantung pada ukuran yang dikehendaki oleh pembeli. Ikan
kerapu dipasarkan dalam keadaan masih hidup.
Sebelum dipanen ikan kerapu
dipuasakan terlebih dahulu 1-2 hari, jaring dikontrol keutuhannya. Angkat
jaring menuju ke salah satu sudut. Gunakan jaring serok halus untuk menangkap
ikan kerapu. Hindari penanganan yang bisa membuat ikan luka, sisiknya hilang
dan stress, karena ikan ini akan membuat harganya menjadi turun. Ikan kerapu
dijual dalam kondisi masih hidup.
BAB V.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari uraian pelaksanaan kegiatan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa:
1.
Dalam pembesaran ikan kerapu cantang dalam keramba
jaring apung yang perlu diperhatikan yaitu : persiapan wadah, pengadaan benih, penebaran
dan padat tebar, teknik pemberian pakan, seleksi (grading), pengelolaan
kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan jaring dan pemanenan.
2.
Masalah atau kendala yang diperoleh dalam teknik
pembesaran ikan kerapu dalam keramba jaring apung adalah masalah pengendalian
hama dan penyakit yang menyerang ikan budidaya dan kondisi lingkungan yang
tidak menentu seperti angin, ombak dan gelombang yang mengakibatkan banyak
infrastruktur KJA yang rusak. Masalah seperti ini belum ditemukan cara
mengatasi yang tepat sehingga pada saat panen mengalami penurunan hasil
produksi.
3.
Selama saya ikut berpartisipasi langsung dalam kegiatan
pembesaran ikan kerapu di keramba jaring apung ternyata yang saya dapatkan
tidak berbeda jauh dengan teori yang diperoleh di kampus.
DAFTAR PUSTAKA
Balai
Budidaya Air Payau Situbondo. 2009. Cara Mudah Produksi Benih Kerapu.
BBAP Situbondo. Situbondo.
Balai
Budidaya Laut Lampung. 2004. Pembenihan Ikan Kerapu. BBL Lampung.
Lampung.
Budidarma. 2011. Budidaya Kerapu di Keramba Jaring Apung. http://www.budidarma.com/2011/12/budidaya-kerapu-di-kja-keramba-jaring.html?m=1.23 Juli 2015. 16 hal
Nazir, M. 2011. Metodologi Penelitian Cetakan ke 7. Penerbit Ghalia
Indonesia, Bogor. Hal. 40-60
Rizkya, M. 2012. Pembenihan ikan kerapu cantang (Epinephelus sp.) di Balai
Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo-Jawa Timur. Sekolah Tinggi
Perikanan, Bogor, 42 hal.
Sangadji, E. M. Dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian. Penerbit ANDI.
Yogyakarta. ISBN : 978-979-29-1618-8. Hal. 20-40
Sutarmat, T., W. Andriyanto, S. Ismi, A. Hanafi, dan Wardoyo, S. 2004.
Studi Kepadatan Pada Pembesaran Ikan Kerapu Cantang (Cromileptes altivelis) di Keramba Jaring Apung Dengan Ukuran Ikan
Yang Berbeda. Laporan Penelitian Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut
Gondol.
Syarifuddin J. 2015. Laporan Praktek Teknik Pemeliharaan Larva Kerapu
Cantang (Epinephelus sp). BBAP
Situbondo-Jawa Timur.
LAMPIRAN
Gambar 18. Pemasangan Jaring Gambar 19. Bubu
Gambar 20. Rumah Jaga Gambar 21.
Divisi KJA