Jumat, 31 Juli 2015

PEMBESARAN KERAPU CANTANG DALAM KERAMBA JARING APUNG DI BPBAP SITUBONDO



BAB I.
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Indonesia sebagai negara maritim mempunyai potensi hasil perikanan laut yang besar. Perhatian pemerintah dalam sektor perikanan laut semakin besar dengan dibentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan. Hal ini dilakukan dalam rangka pemanfaatan dan pemeliharaan potensi perikanan laut semaksimal mungkin sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat indonesia dan mempertinggi pemasukan devisa negara.
Ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan karang yang menjadi komoditas ekspor dan belum dimanfaatkan secara penuh. Indonesia adalah produsen utama kerapu dimana tiap tahunnya mengalami peningkatan permintaan. Dengan naiknya permintaan, maka meningkat pula aktivitas penangkapan di alam sehingga lambat laun ketersediaan ikan tersebut di alam menjadi habis. Berkembangnya pasar ikan kerapu dunia karena adanya perubahan selera konsumen dari ikan mati dan beku ke ikan yang masih hidup, mendorong masyarakat untuk memenuhi permintaan ikan kerapu melalui usaha budidaya.
Ikan kerapu memiliki banyak jenis antara lain Kerapu Tikus, Kerapu Macan, Kerapu Kertang, Kerapu Lumpur. Perekayasaan hibridisasi ikan kerapu antara ikan kerapu macan betina dan kerapu kertang jantan telah menghasilkan satu varietas baru, bernama ikan kerapu cantang yang secara morfologis  mirip dengan kedua spesies induknya, sedangkan pertumbuhannya lebih baik daripada ikan kerapu macan dan kerapu kertang itu sendiri. Selain itu, kerapu cantang memiliki keunggulan lain yaitu memiliki ketahanan terhadap penyakit lebih baik dan lebih toleransi terhadap lingkungan kurang layak dan ruang yang sempit.
Salah satu pengetahuan praktis yang perlu diolah dalam bidang keahlian adalah budidaya . Kegiatan budidaya merupakan suatu usaha untuk mengembangbiakan suatu spesies dengan metode tertentu. Kegiatan budidaya dilakukan karena spesies yang dibudidayakan bernilai ekonomis tinggi atau terancam kepunahan.
Sistem pembesaran yang biasa diterapkan untuk pembesaran kerapu adalah dengan sistem keramba jaring apung (kja). Usaha pembesaran kerapu cantang yang dilakukan didalam keramba jaring apung (kja) relatif  mudah karena teknologi yang digunakan telah banyak dikuasai oleh para pembudidaya, walaupun demikian tetap dibutuhkan tenaga ahli yang memiliki kualitas baik dan profesional, agar dalam usaha dan pengembangannya dapat berjalan dengan baik. Keramba jaring apung dipilih pembudidaya karena memiliki banyak keunggulan dabandingkan dengan wadah budidaya lain. Adapun keunggulan seperti semakin meningkatnya produksi, pertumbuhan ikan yang lebih cepat, dan kondisi perairan selalu bersih dari sisa pakan dan feses ikan karena akan terbawa oleh arus air laut.
Metode KJA merupakan metode akuakultur yang paling produktif. Beberapa keuntungan yang dimiliki metode KJA yaitu tingginya padat penebaran, jumlah dan mutu air yang selalu memadai, tidak diperlukannya pengelolaan tanah, mudahnya pengendalian gangguan pemangsa, dan mudahnya pemanenan. Agar budidaya ikan di KJA berhasil maka pemasangan KJA tidak dilakukan disembarang tempat, harus dipilih lokasi yang memenuhi aspek teknis dan sosial ekonomis(Sunyoto.1994).
1.2 Tujuan
 Adapun tujuan dari praktek kerja lapangan, yaitu :
1.      Untuk mengetahui teknik pembesaran ikan kerapu cantang dalam keramba jaring apung yang benar dan baik.
2.      Untuk mengetahui dan memahami permasalahan atau kendala yang terjadi dalam pembesaran ikan kerapu cantang di Keramba Jaring Apung (KJA).
3.      Untuk membandingkan teknik pembesaran ikan kerapu yang diperoleh selama kuliah dengan dilapangan.
1.3 Manfaat
1.      Meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan menambah wawasan tentang teknik pembesaran ikan kerapu cantang di KJA.
2.      Membandingkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didapat selama perkuliahan dengan ilmu pengetahuan dan tekologi yang diterapkan di lapangan dan menelaah adanya persamaan dan perbedaan yang ada.

BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Biologi Ikan Kerapu Cantang

       Ikan kerapu cantang (epinephelus sp) merupakan benih hibrid hasil perekayasaan perkawinan silang antara ikan kerapu macan (epinephelus fuscoguttatus) sebagai induk betina dengan kerapu kertang (epinephelus lanceolatus) sebagai induk jantan.

2.1.1 Klasifikasi Kerapu Cantang
Menurut Rizkya (2012), klasifikasi ikan kerapu cantang adalah sebagai berikut:
Filum               : Chordata
Subfilum         : Vertebrata
Kelas               : Chondrichthyes
Subkelas          : Ellasmobranchii
Ordo                : Percomorphi
Subordo          : Percoidea
Famili              : Serranidae
Genus              : Epinephelus
Spesies : Epinephelus sp
Gambar 1. Ikan Kerapu Cantang
(Sumber : BPBAP Situbondo, 2012)

Perekayasaan hibridisasi ikan kerapu antara ikan kerapu macan betina dan kerapu kertang jantan telah menghasilkan satu varietas baru yang secara morfologis  mirip dengan kedua spesies induknya, sedangkan partumbuhannya lebih baik daripada ikan kerapu macan dan kerapu kertang itu sendiri.

2.1.2 Morfologi dan Anatomi
Terdapat perbandingan morfologi dan anatomi pada ikan kerapu macan, hibrida dan kertang. Masing-masing perbandingan tersebut dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 1. Perbandingan morfologi dan anatomi kerapu macan, hibrida dan kertang
No
Kerapu Macan
Kerapu Hibrida
Kerapu Kertang
1.
Bentuk tubuh compres sedikit membulat
Bentuk tubuh compres dan relative membulat dengan ukuran lebar kepala sedikit atau hampir sama dengan lebar badannya
Bentuk tubuh compres dan sedikit membulat
2.
Warna kulit kecoklatan dengan 5 garis melintang dibagian tubuhnya
Warna kulit coklat kehitaman dengan 5 garis hitam melintang di bagian tubuhnya
Warna tubuh abu-abu kehitaman dengan 4 garis melintang yang kurang begitu jelas (samar-samar)
3.
Semua sirip (pectoral, anal, ventral, dorsal dan caudal ) dengan dasar berwarna coklat dilengkapi dengan bintik-bintik hitam
Semua sirip (pectoral, anal, ventral, dorsal dan caudal ) bercorak seperti kertang dengan dasar berwarna kuning dilengkapi dengan bintik-bintik hitam
Semua sirip (pectoral, anal, ventral, dorsal dan caudal ) dengan dasar berwarna kuning dilengkapi dengan bintik-bintik hitam
4.
Bintik hitam melebar dihampir semua bagian tubuh.
Bintik hitam juga banyak tersebar di kepala dan didekat sirip pectoral dengan jumlah yang berlainan pada setiap individu
Bintik hitam juga banyak tersebar di kepala dan didekat sirip pectoral dengan jumlah yang berlainan pada setiap individu
5.
Sirip punggung semakin melebar kearah belakang
Sirip punggung semakin melebar kearah belakang
Sirip punggung semakin melebar kearah belakang
6.
Sirip punggung menyatu yang terdiri atas 11 jari-jari keras dan 14 jari-jari lunak, sirip pectoral terdiri atas 16 jari-jari lunak, sirip ventral terdiri dari 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak, sirip anal terdiri dari 2 jari-jari keras dan 9 jari-jari lunak, sedangkan sirip caudal terdiri atas 18 jari-jari lunak.
Sirip punggung menyatu yang terdiri atas 11 jari-jari keras dan 15 jari-jari lunak, sirip pectoral terdiri atas 17 jari-jari lunak, sirip ventral terdiri dari 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak, sirip anal terdiri dari 2 jari-jari keras dan 8 jari-jari lunak, sedangkan sirip caudal terdiri atas 13 jari-jari lunak.
Sirip punggung menyatu yang terdiri atas 11 jari-jari keras dan 15 jari-jari lunak, sirip pectoral terdiri atas 17 jari-jari lunak, sirip ventral terdiri dari 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak, sirip anal terdiri dari 2 jari-jari keras dan 8 jari-jari lunak, sedangkan sirip caudal terdiri atas 13 jari-jari lunak.
7.
Bentuk ekor rounded
Bentuk ekor rounded
Bentuk ekor rounded
8.
Bentuk mulut lebar, superior (bibir bawah lebih panjang dari bibir atas)
Bentuk mulut lebar, superior (bibir bawah lebih panjang dari bibir atas)
Bentuk mulut lebar, superior (bibir bawah lebih panjang dari bibir atas)
9.
Tipe sisik stenoid (bergerigi)
Tipe sisik stenoid (bergerigi)
Tipe sisik stenoid (bergerigi)
10.
Bentuk gigi runcing (canine)
Bentuk gigi runcing (canine)
Bentuk gigi runcing (canine)
11.
Panjang ikan 25 cm
Panjang ikan 48 cm,
Panjang ikan 32 cm,


2.1.3 Habitat dan Tingkah Laku
Ikan kerapu macan hidup di kawasan terumbu karang yang terdapat di perairan-perairan dangkal hingga 100 m dibawah permukaan air laut. Selain perairan yang berkarang, tempat tenggelamnya kapal menjadi rumpon yang nyaman bagi ikan kerapu. Ikan tersebut akan berdiam dalam lubang-lubang karang atau rumpon dengan aktifitas yang relatif rendah.
Daerah penyebaran kerapu macan meliputi Afrika Timur sampai dengan pasifik barat daya. Di Indonesia kerapu macan banyak ditemukan di perairan pulau Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan Ambon. Salah satu indikator adanya kerapu ini adalah wilayah karang yang bentangannya cukup luas.
Indonesia memiliki perairan karang yang cukup luas, sehingga potensi sumber daya dan pengembangan kerapu macan sangat besar. Ikan kerapu ini hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m, setelah menginjak dewasa (burayak) berpindah ke perairan yang  lebih dalam  yakni kedalaman 7 – 40 m, biasanya perpindahan ini terjadi pada siang dan sore hari.

2.1.4 Siklus Hidup Kerapu Cantang
         Siklus hidup kerapu cantang hampir sama seperti jenis ikan kerapu lainnya, yakni bersifat protogini dimana pada tahap perkembangan mencapai dewasa dari yang mulanya berkelamin betina akan berubah menjadi jantan. Fenomena perubahan jenis kelamin ini sangat erat hubungannya dengan aktivitas pemijahan, umur dan indeks kelamin. Perubahan ini berlangsung setelah ikan betina berukuran di atas 3 kg sedangkan pada ikan jantan berukuran di atas 5 kg (Ramadhani, 2010).

2.1.5 Kebiasaan Makan
Ikan kerapu termasuk ikan karnivora yang buas dan rakus, hidup menyendiri atau kelompok-kelompok kecil pada perairan terumbu karang dan beberapa di daerah estuaria serta menyukai naungan sebagai tempat bersembunyi. Pada stadia larva sampai juvenil, makanannya adalah zooplankton dari jenis Rotifer, Acaria, naupli Artemia, Copepode dan jenis lainnya, sedangkan dari stadia juvenil sampai fingerling  adalah udang jambret, udang rebon, ikan-ikan kecil dan jenis Crustacea  lainnya. Selanjutnya ikan-ikan muda dan dewasa, jenis makanan yang disukai adalah ikan, udang dan cumi-cumi yang berukuran 10-25% ukuran tubuhnya. Ikan kerapu mencari makan dengan jalan menyergap mangsanya dari tempat persembunyian dan setelah itu kembali lagi
Ikan kerapu mempunyai kebiasaan makan pada pagi hari sebelum matahari terbit dan menjelang matahari terbenam. Di alam kerapu mencari makan sambil berenang diantara batu-batu karang, lubang atau celah-celah batu yang merupakan tempat persembunyiannya. Kerapu tidak pernah mau mengambil atau mengkonsumsi pakan yang diberikan apabila sudah sampai ke dasar, meskipun kerapu dalam keadaan lapar. Biasanya kerapu berdiam di dasar dan tidak akan menyergap pakan yang diberikan jika mereka sudah kenyang

2.1.6 Hama Dan Penyakit
a)                  Hama
Menurut Kurniastuty dan Julinasari Dewi (1999) hama yang paling potensial mengganggu usaha budidaya di keramba jaring tancap sebagai berikut :
-                      Tumbuhan air
Lumut dapat mengganggu sirkulasi air di keramba jaring apung, sehingga akan menghalangi arus air yang masuk yang berakibat berkurangnya suplai oksigen. Penanggulangan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pembersihan secara berkala dengan menggunakan alat berupa mesin semprot (compressor).
-                      Ikan liar
Ikan liar sebagai kompetisi ikan kerapu dalam mendapatkan makanan di dalam keramba. Semakin banyak ikan liar di sekitar keramba maka ikan budidaya sulit dalam mendapatkan makanan.
b)                  Penyakit
-                      Parasit
Menurut Puja dkk, (2001) parasit yang menyerang ikan kerapu antara lain : Monogenia (termasuk golongan Playtheminthes) yang menyerang kulit, Diplectanum sp (sejenis cacing pipih golongan Trematoda) menyerang insang, Isopoda (golongan Crustacea) yang menyerang pangkal lidah dan insang, Cryptocaryon irritans dan Trichodina sp (golongan Protozoa) yang menyerang kulit, insang dan sirip.
-                      Bakteri
Ikan yang terserang bakteri menunjukkan gejala antara lain nafsu makan berkurang, terjadi kelesuan, pembusukan pada sirip, mata menonjol dan terjadi pengumpulan cairan pada perut. Bakteri yang biasa menyerang ikan kerapu cantang antara lain : Vibrio sp, Pateurellia sp dan Pseudomonas sp. Kematian yang timbul dari serangan bakteri biasanya tidak terjadi secara massal dan berlangsung secara bertahap dan terus-menerus.

2.2 Teknik Pembesaran Kerapu Cantang di KJA
2.2.1 Penyediaan Benih
Benih kerapu di alam susah didapat (Akbar, 2002), akan tetapi benih kerapu yang diproduksi dari hatchery dapat memenuhi kebutuhan untuk budidaya ikan di Indonesia. Sepanjang induk kerapu dapat bertelur setiap bulan maka benih ikan kerapu akan tersedia sepanjang tahun.
2.2.2 Penebaran Benih
Kondisi benih yang lemah selama transportasi akan mudah terserang penyakit. Selama transportasi, benih mendapatkan banyak stress akibat perlakuan yang tidak sesuai. Penanganan benih dapat dilakukan dengan cara aklimatisasi/penyesuaian suhu dan waktu penebaran harus disesuaikan dengan lingkungan perairan (Sutarmat dkk., 2004).
Sebelum ditebar, biasanya benih di grading sesuai dengan umur, berat, besar dan jenis ikan yang sama. Peebaran benih sebaiknya dilakukan pad pagi hari, karena pada sore hari ikan bisa mulai makan dan juga mempunyai waktu yang cukup untuk beradaptasi pada tempat yang baru sebelum malam (Sutarmat dkk., 2004).
2.2.3 Pemberian Pakan
Pakan ikan kerapu bisa menggunakan pelet dan pakan rucah. Ikan rucah digunakan sebagai pakan agar tidak kesulitan dalam mendapatkan pakan secara kontinyu(terus-menerus). Kualitas ikan rucah yang jelek ditandai dengan ikan yang membusuk, bau yang tidak sedap dan ikan yang telah teroksidasi sebaiknya tidak digunakan sebagai pakan (Sutarmat dkk., 2003).
Kualitas ikan rucah yang jelek menyebabkan masalah kurangnya nutrisi ikan rucah. Hal penting yang harus dilakukan adalah memilih ikan rucah yang memiliki nutrisi cukup bagi ikan, seperti lemuru dan teri yang mempunyai enzim theaminase yang dapat merusak theamine (Vit. B1). Jika pemberian pakan secara terus menerus hanya memakai jenis ikan tersebut maka kerapu akan menderita kekurangan Vit. B1.
2.2.4 Pengelolaan Kualitas Air dan Jaring
Kualitas air baik secara langsung maupun tidak langsung mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan (Rizal, 2010 dalam Septian, 2013). Di dalam air laut jaring cepat tersumbat dengan lumpur dan penempelan organisme lain seperti alga dan kepiting. Jaring harus sering diganti dan dicuci untuk menjaga agar sirkulasi air berjalan lancar. Ini adalah salah satu cara pengeloalan untuk menjaga kesehatan ikan khususnya mencegah penyakit yang disebabkan parasit.
Jarak waktu penggatian jaring tergantung dari kondisi perairan tempat pemeliharaan. Pada jaring dengan mata yang kecil lebih cepat terjadi penyumbatan (Budidarma, 2011). Pencucian jaring dilakukan saat jarig sudah terlihat kotor, pada waktu yang sama dilakukan monitoring pertumbuhan ikan dengan cara menimbang berat badan ikan (Zulkifli, 1999)













BAB III.
METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN
3.1 Waktu dan Tempat
       Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo, tepatnya di Desa Pecaron, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Kegiatan PKL ini dilakukan mulai dari tanggal 3 Juli sampai 3 Agustus 2015.
3.2 Metode Praktek
      Metode yang digunakan dalam praktek kerja lapang adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi dan suatu sistem pemikiran. Metode ini bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang diselidiki (Nazir, 2011).
3.3 Metode Pengumpulan Data
      Pengumpulan data yang diambil dalam praktek kerja lapang ini yaitu berupa data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui beberapa metode pengambilan.
3.3.1 Data Primer
         Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli tanpa melalui perantara. Data primer dapat berupa opini subyek (orang) secara individu maupun kelompok.



Data primer dapat diperoleh dengan dua metode yaitu :
a)                  Metode Observasi
Pengamatan (observasi) adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana merek saksikan selama penelitian.
b)                  Metode Survei
Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Hasil dari metode ini berupa data subyek yang menyatakan opini, sikap, pengalaman atau karakteristik subyek penelitian secara individu atau kelompok. Data yang diperoleh dari metode survey sebagian besar berupa data deskriptif yang dapat dirancang untuk menjelaskan sebab akibat atau mengungkapkan ide-ide (Sangadji dan Sopiah, 2010).
3.3.2 Data Sekunder
         Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pengumpul data primer. Data sekunder ini diperoleh dari laporan-laporan, data dokumentasi dan pustaka yang menunjang (Sangadji dan Sopiah, 2010).




BAB IV.
HASIL KEGIATAN
4.1 Pemilihan Lokasi Budidaya
Pemilihan lokasi budidaya harus mempertimbangkan beberapa persyaratan yaitu:    
A. Persyaratan umum yang meliputi:
ü  Terlindung dari angin & gelombang yang kuat
ü  Kedalaman Perairan
ü  Dasar Perairan
ü  Bebas dari bahan cemaran
ü  Tidak mengganggu alur pelayaran
ü  Dekat dengan sumber benih & pakan
ü  Lokasi harus sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
ü  Tersedia sarana & prasarana transportasi
ü  Keamanan terjamin
B. Persyaratan teknis (fisik perairan) yang meliputi:
ü  Kecepatan arus & elevasi pasang surut
ü  Suhu Air
ü  Kecerahan
ü  Kekeruhan
C. Persyaratan teknis (kimia perairan) yang meliputi:
ü  pH perairan
ü  Salinitas
ü  Oksigen terlarut
ü  Senyawa nitrogen
ü  Posfat
ü  Logam berat

4.2 Sarana dan Prasarana Pembesaran  Ikan Kerapu Cantang
4.2.1 Sarana
         Rakit berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 3x3 m. Bahan dasar rakit adalah pipa galvanis dengan ukuran panjang masing-masing  8 meter. Hal ini sesuai dengan pendapat Akbar dkk, (2001), bahwa rakit dapat terbuat dari bambu,kayu dan pipa galvanis.
          Rakit yang terbuat dari pipa glavanis yang tidak memerlukan penambahan pelampung dikarenakan pipa tersebut jika dimasukan kedalam air dapat terapung dengan sendirinya sehingga tidak diperlukan pelampung yang biasa digunakan dalam budidaya KJA yaitu diantara adalah : drum minyak tanah atau oli,drum plastic dan Styrofoam. Diatas rakit dibuat rumah jaga yang biasa digunakan untuk berteduh dan tempat penyimpanan peralatan yang digunakan selama pemeliharan. Selain itu juga rumah jaga dimanfaatkan sebagai tempat istrirahat para karyawan dan pemotongan pakan rucah.
a)      Jaring
Bahan yang digunakan untuk pembuatan jaring adalah tali yang terbuat dari polyetheline (PE) yang dianyam sedemikian rupa, kemudian dibentuk menjadi jaring berbentuk bujur sangkar. Pemasangan jaring pada KJA diawali dengan mengikat keempat sisi bagian atas jaring pada tiap sudut atas rakit, usahakan agar tali yang diikat benar-benar kencang. Pada sisi bagian bawah jaring diberi pemberat dengan tujuan agar jaring tetap membentuk persegi. Jaring yang di gunakan berukuran 3x3x3 m.Ukuran jaring disesuaikan dengan ukuran ikan serta tingkat sirkulasi air dalam keramba,semakin besar ukuran ikan maka semakin besar juga ukuran jaring yang digunakan, dengan ukuran yang sesuai maka diharapkan ikan yang dibudidaya tidak lolos dari keramba dan ketersediaan oksigen serta sirkulasi air tetap baik.









                             Gambar 2. Jaring
                                 
b)      Jangkar dan pemberat jaring
Rakit apung yang digunakan diberi pemberat berupa jangkar agar tidak terbawa oleh arus air. Jangkar yang digunakan terbuat dari besi dan masing – masing jangkar diikatkan dengan menggunakan tali polyetheline dengan ukuran diameter 300 mm dan panjang 30 m. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan  oleh Sunaryat dkk,(2001) yang mengatakan diameter tali jangkar yang digunakan berdiameter 0,03-0,05 m dan panjangnya 3 – 4 kali dari kedalaman perairan. Untuk mempertahankan bentuk jaring, maka disetiap sudut jaring diikat pemberat yang terbuat dari coran semen dengan berat 3-5 kg.






        Gambar 3. Jangkar                                              Gambar 4. Pemberat






4.2.2 Prasarana
   Sarana penunjang lainnya yang dbutuhkan dalam pembesaran ikan kerapu cantang di KJA untuk memudahkan pengoperasian selama pemeliharaan antara lain adalah
1.      Perahu
Perahu yang digunakan terbuat dari bahan fiber. Perahu digunakan sebagai alat transportasi dalam rangka perbaikan rakit, pengukuran kualitas air, membawa hasil panen dan kegiatan-kegiatan lainnya yang menunjang kegiatan pembesaran kerapu cantang di KJA.








                                            Gambar 5. Perahu
2.      Mesin penyemprot jaring
Mesin penyemprot yang digunakan adalah kompresor. Alat ini digunakan pada saat dilakukan pembersihan terhadap jaring yang digunakan dalam pembesaran dengan tujuan membersihkan jaring dari penempelan organisme atau lumut yang dapat mengganggu jalanya sirkulasi air.Mesin ini sangat efektif dalam mempercepat pembersihan jaring sehingga jaring yang kotor dapat langsung diganti.








                                    Gambar 6. Mesin Penyemprot
3.      Freezer
Freezer berfungsi untuk menyimpan bahan-bahan kimia,baik berupa vitamin, multivitamin dan obat-obatan, serta tempat penyimpanan pakan berupa ikan rucah.

4.3 Teknik Pembesaran Ikan Kerapu Cantang Di Keramba Jaring Apung
4.3.1 Pengadaan Benih Ikan Kerapu Cantang
  Dalam pengadaan benih ikan kerapu cantang untuk pembesaran di keramba jaring apung tidak sulit untuk didapat. Karena BPBAP Situbondo sudah bisa menghasilkan benih kerapu cantang sendiri dari hasil hibrid. Benih kerapu cantang di BPBAP Situbondo disediakan dari tempat penggelondongan ikan. Benih dapat disediakan tergantung dari kesiapan sarana dan prasarana di Keramba Jaring Apung (KJA). Jumlah benih yang disediakan juga tergantung pada jaring yang sudah disiapkan di hari sebelum penebaran. 
4.3.2 Penebaran dan Padat Penebaran Benih Kerapu Cantang
  Benih yang ditebar merupakan benih yang berasal dari hasil pemeliharaan digelondongan. Benih yang dipanen dari penggelondongan di packing dalam kantong plastik, ditambah dengan oksigen dan ditransportasikan menggunakan perahu motor. Selama transportasi benih harus diperlakukan secara hati-hati agar benih tidak stress karena benih yang stress akan mudah terserang penyakit. Menurut Sutarmat (2004), penanganan benih baru yaitu dengan cara aklimatisasi/penyesuaian suhu waktu penebaran harus disesuaikan dengan lingkungan
  Benih yang ditebar di keramba jaring apung adalah benih yang berumur sekitar 1,5 sampai 2 bulan masa pemeliharaan atau sudah mencapai berat 10 ons. Benih ditebar secara perlahan agar benih dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Benih yang ditebar harus selalu dikontrol mulai dari makanan sampai kualitas airnya.
  Padat penebaran benih ikan kerapu di KJA sekitar 500-700 ekor. Kepadatan tinggi tidak disarankan karena ikan mudah terserang penyakit. Kepadatan tinggi juga dapat menyebabkan stress pada ikan dan mutu air mudah menurun, terutama oksigen terlarut, sehingga ikan lemah dan mudah terserang penyakit.

            
Gambar 7. Penebaran Benih

4.3.3 Pemberian Pakan
  Dalam pemeliharaan ikan kerapu cantang yang paling utama untuk menunjang hasil produksi adalah manajemen pemberian pakan. Pakan yang diberikan yaitu pellet dan pakan rucah segar. Pellet diberikan pada saat benih ikan kerapu yang didatangkan dari gelondongan ditebar dalam jaring. Setelah 3 atau 4 hari, benih ikan kerapu diberi pakan rucah segar yang sudah dipotong kecil-kecil. Untuk mencegah kekurangan nutrisi dan kematian secara mendadak  maka pakan rucah dicampur dengan vitamin E. Pakan rucah didapat dari orang penjual ikan yang sudah menjadi langganan di pasar ikan dengan harga Rp 4500,00 /kg.
  Pemberian pakan pada ikan kerapu cantang diberikan sekali dalam sehari. Waktu pemberian pakan rucah biasanya pada jam 9 pagi karena pada jam tersebut nafsu makan ikan kerapu cantang sangat tinggi. Pakan diberikan secara terus-menerus sampai ikan tersebut sudah kenyang. Jangan memberi pakan secara berlebihan karena itu akan mengundang hama dari luar jaring seperti ikan buntal mudah merusak jaring. Ini disebabkan karena pakan yang tidak dimakan oleh ikan kerapu akan mengendap ke dasar jaring dan akan menjadi makanan bagi ikan buntal.






Gambar 8. Pakan Rucah                                             Gambar 9. Pemberian Pakan








                        Gambar 10. Pencampuran Vit. E

4.3.4 Grading
  Sortir atau grading ikan kerapu cantang dilakukan sebulan sekali pada saat itu juga jaring diganti, kemudian lakukan perendaman pada ikan dengan menggunakan air tawar. Gunakan serok yang lembut pada saat grading agar ikan tidak mudah luka. Grading dilakukan pada saat suhu perairan rendah biasanya grading dilakukan pada saat pagi atau sore hari.

Gambar 11. Grading (Sortir)

4.3.5 Pergantian Jaring
  Pergantian jaring dilakukan minimal 2 minggu sekali atau disesuaikan dengan kondisi perairan setempat. Pergantian jaring dilakukan untuk menjaga sirkulasi air dan menjaga resiko terkena penyakit. Sebelum penggantian jaring, ikan dipuasakan terlebih dahulu hal ini bertujuan agar ikan tidak mengalami stress. Jaring yang kotor sebaiknya dijemur untuk memudahkan dalam penyemprotan jaring agar bisa digunakan kembali. Adapun cara pergantian jaring adalah sebagai berikut:
a.           Merangkai jaring yang baru pada keramba dengan cara mengikat ikatan pada ujung-ujung atas jaring ke keramba. Melakukan pengecekan pada jaring yang akan digunakan dengan cara menarik satu persatu ruas jaring hingga semua ruas jaring di cek. Dan diberi pemberat pada bagian ujung bawah jaring yang baru untuk menjaga bentuk jaring agar terbuka sempurna.
b.          Dilepaskan empat pemberat jaring pada bagian bawah jaring yang lama dengan satu persatu menaikkan ke permukaan air. Lalu melepas sebagian tali pengikat jaring pada keramba untuk mempermudah proses penggulungan dan pengambilan ikan.
c.           Lalu rendam ikan menggunakan air tawar agar memastikan ikan bebas dari parasit. Dan dilakukan penghitungan pada ikan yang telah dipindahkan pada jaring baru setelah direndam pada air tawar.
d.          Setelah perendaman selesai baru ikan kembali ditebar pada jaring baru yang telah disiapkan.
Pada jaring yang kotor dilakukan penjemuran hingga 2 hari untuk memudahkan pembersihan pada jaring dengan cara penyemprotan. Jaring disemprot dengan air laut sampai lumut-lumut dan organisme yang menempel pada jaring hilang, kemudian jaring dijemur sampai kering, kemudian jaring bisa digunakan kembali. Setelah itu ikan diberi pakan pellet atau ikan rucah yang telah disediakan.
           

                                                 


                                               Gambar 12. Pemasangan Jaring Baru
4.3.6 Perawatan KJA
  Perawatan KJA adalah dengan cara melakukan pergantian, penjemuran, perendaman, pencucian dan pengeringan jaring. Pengeringan jaring ini bermaksud untuk menghilangkan tiram yang menempel pada KJA yang dapat menyebabkan lubang pada KJA dan membunuh bakteri penyebab penyakit. Selain dengan cara pengeringan jaring,  pembersihkan tritip (Tiram) dapat dilakukan  dengan cara penyemprotan jaring menggunakan mesin penyemprot jaring. Sedangkan pada Jaring yang sudah berlubang dilakukan perbaikan dengan cara  menjahit Jaring dengan tali polietilen. Jaring yang sudah dibersihkan kemudian dikumpulkan dan disimpan pada tempatnya.



Gambar 13. Penjemuran Jaring                       Gambar 14. Perendaman Jaring




    Gambar 15. Penyemprotan Jaring                Gambar 16. Pengumpulan Jaring

4.3.7 Penanganan Hama dan Penyakit
  Jenis hama yang potensial mengganggu usaha budidaya ikan kerapu  cantang dalam Keramba Jaring Apung (KJA) adalah ikan buntal.
  Penanggulangan yang dapat dilakukan adalah dengan cara memasang perangkap (bubu), pembersihan jaring, pergantian jaring & menutup jaring pemeliharaan ikan kerapu cantang agar terhindar dari burung pemangsa.
   Adapun jenis penyakit yang sering menyerang adalah:
a.       Penyakit akibat serangan virus (VNN)
b.      Penyakit akibat jamur (fungi)
c.       Penyakit akibat serangan bakteri
   Cara yang biasa dilakukan pekerja BPBAP Situbondo untuk menanggulangi masalah penyakit di atas yaitu dengan cara merendam ikan kerapu cantang dalam air tawar selama 10 sampe 15 menit. Setelah itu, ikan kerapu cantang dipindahkan ke jaring yang baru dipasang.



4.3.8 Pengelolaan Kualitas Air
  Pengelolaan kualitas air dilakukan untuk menjaga kualitas air dan lingkungan yang baik untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan kerapu cantang. Baik secara langsung maupun tidak langsung, kualitas air mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan (Rizal, 2010). Sebelumnya dalam pemilihan lokasi sudah dilakukan pengecekan parameter kualitas air, namun kualitas air dapat berubah sewaktu-waktu. Parameter kualitas air yang diamati pada pembesaran ikan kerapu cantang di keramba jaring apung yaitu : derajat keasaman (pH), suhu dan salinitas.

4.3.9 Pemanenan
  Kegiatan panen merupakan kegiatan akhir dari budidaya dalam rangka menyebarluaskan hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Ikan kerapu dapat dipanen setelah mencapai ukuran 500 gram/ekor atau lebih tergantung pada ukuran yang dikehendaki oleh pembeli. Ikan kerapu dipasarkan dalam keadaan masih hidup.
Sebelum dipanen ikan kerapu dipuasakan terlebih dahulu 1-2 hari, jaring dikontrol keutuhannya. Angkat jaring menuju ke salah satu sudut. Gunakan jaring serok halus untuk menangkap ikan kerapu. Hindari penanganan yang bisa membuat ikan luka, sisiknya hilang dan stress, karena ikan ini akan membuat harganya menjadi turun. Ikan kerapu dijual dalam kondisi masih hidup.



                                               

BAB V.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari uraian pelaksanaan kegiatan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1.                  Dalam pembesaran ikan kerapu cantang dalam keramba jaring apung yang perlu diperhatikan yaitu : persiapan wadah, pengadaan benih, penebaran dan padat tebar, teknik pemberian pakan, seleksi (grading), pengelolaan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan jaring dan pemanenan.
2.                  Masalah atau kendala yang diperoleh dalam teknik pembesaran ikan kerapu dalam keramba jaring apung adalah masalah pengendalian hama dan penyakit yang menyerang ikan budidaya dan kondisi lingkungan yang tidak menentu seperti angin, ombak dan gelombang yang mengakibatkan banyak infrastruktur KJA yang rusak. Masalah seperti ini belum ditemukan cara mengatasi yang tepat sehingga pada saat panen mengalami penurunan hasil produksi.
3.                  Selama saya ikut berpartisipasi langsung dalam kegiatan pembesaran ikan kerapu di keramba jaring apung ternyata yang saya dapatkan tidak berbeda jauh dengan teori yang diperoleh di kampus.








DAFTAR PUSTAKA

Balai Budidaya Air Payau Situbondo. 2009. Cara Mudah Produksi Benih Kerapu. BBAP Situbondo. Situbondo.
Balai Budidaya Laut Lampung. 2004. Pembenihan Ikan Kerapu. BBL Lampung. Lampung.
Budidarma. 2011. Budidaya Kerapu di Keramba Jaring Apung. http://www.budidarma.com/2011/12/budidaya-kerapu-di-kja-keramba-jaring.html?m=1.23 Juli 2015. 16 hal
Nazir, M. 2011. Metodologi Penelitian Cetakan ke 7. Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor. Hal. 40-60
Rizkya, M. 2012. Pembenihan ikan kerapu cantang (Epinephelus sp.) di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo-Jawa Timur. Sekolah Tinggi Perikanan, Bogor, 42 hal.
Sangadji, E. M. Dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian. Penerbit ANDI. Yogyakarta. ISBN : 978-979-29-1618-8. Hal. 20-40
Sutarmat, T., W. Andriyanto, S. Ismi, A. Hanafi, dan Wardoyo, S. 2004. Studi Kepadatan Pada Pembesaran Ikan Kerapu Cantang (Cromileptes altivelis) di Keramba Jaring Apung Dengan Ukuran Ikan Yang Berbeda. Laporan Penelitian Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol.
Syarifuddin J. 2015. Laporan Praktek Teknik Pemeliharaan Larva Kerapu Cantang (Epinephelus sp). BBAP Situbondo-Jawa Timur.



LAMPIRAN






Gambar 18. Pemasangan Jaring                                     Gambar 19. Bubu
                           




Gambar 20. Rumah Jaga                                 Gambar 21. Divisi KJA
                                                                                               

                                            
          


Lirik Lagu Ko Suka Bikin Ganas Tapi Sa Sayang

Sa kecewa Sayang Sa bicara ulang Tapi ko tra mo dengar Sa ni yang selalu sabar Untuk koi Sayang Sa selalu larang Jangan pernah mo ilang kaba...